Sabtu, 19 Desember 2009

Dilema ke Mall

Salah satu keberatan pergi ke mall adalah ketidakpintaran saya menepati rencana. Setiap kali saya merencanakan pengeluaran, hasilnya mendadak bisa berubah.

Misalnya saja ketika saya dan teman saya berencana nonton Avatar. Karena saya tinggal di Mekarsari, pilihan yang paling dekat adalah Mall Cijantung dan Cibubur Junction. Segera sebelum ke mall, saya mengunduh jadwal pemutaranannya. Hasilnya tidak begitu menyenangkan. Hanya Cibubur Junction yang memutar Avatar, itupun hanya satu studio. Pemutaran lain didominasi Sang Pemimpi.

Mal tempat 'hiburan' instan orang Jakarta...

Sebelum berangkat, saya sudah menghipnotis dan membekali diri saya agar tidak melirik-lirik ke toko lain. “Saya hanya akan menonton bioskop,” batin saya. Tapi apa lacur, sesampainya di sana tiket habis. Salahnya, kami datang satu jam sebelum pemutaran. Kami tak menyangka tiket cepat habis karena anggapan film itu tak sepopuler New-Moon ataupun Sang Pemimpi. Akhirnya acara batal karena saya dan teman saya enggan menonton film lain.

Selanjutnya kami berdua memutuskan ke toko buku. Awalnya, melihat buku-buku bagus membuat saya agak kalap. Namun, di Toko Kharisma itu saya masih bisa menahan diri. Pasalnya saya ingat harus mendahulukan membeli Oxford Grammar yang ternyata tidak ada di toko tersebut. Saya berhasil selamat keluar toko buku dengan tidak membeli apapun. Meskipun, tadinya saya sangat kepingin untuk membeli sebuah CD Biology yang menarik.

Setelah makan, kami berlanjut ke godaan kedua, hypermart. Nah yang ini saya mulai kecantol. Sebelum sampai Hypermart, saya melihat deretan majalah. Saya tertarik majalah Digital Camera yang terbaru. Mata saya agak jelalatan melihat majalah lain pula, seperti majalah Eve yang berbonus semacam organizer. Untungnya, saya tetap pada pilihan saya semula dengan membeli majalah Digital Camera itu. Namun, tetap saja, membeli majalah sebenarnya tak ada dalam rencana bukan? Terpaksa saya rogoh kocek sekitar 40-ribu (lebih mahal dari karcis bioskop).

Masuk Hypermart memang saya lakukan karena harus membeli kondisioner. Sekali lagi saya tekankan pada pikiran saya bahwa “Saya hanya akan membeli kondisioner,”. Namun perencanaan itu meleset lagi. Melihat barang begitu banyak, saya jadi ingat barang-barang lain yang perlu saya beli. Sebenarnya perlu atau tidak itu relatif, yang jelas saya jadi membeli tisu, pembersih muka + bonusnya, dan pembalut malam. Yang jelas total saya jadi sudah menghabiskan Rp120.000 termasuk makan (belum ojek pulang pergi).

Setelah keluar Hypermart, teman saya mengajak saya menempuh cobaan yang ketiga. Kebetulan di Junction terdapat Matahari Department Store. Apa yang dilakukan? Jelas saja mencoba-coba sepatu dan melihat-lihat barang lainnya. Untung tekad saya sudah sangat bulat untuk tidak membeli barang apapun di sini. Fyuuuh….Akhirnya kami berdua selamat keluar dari panasnya Matahari tanpa membawa barang belanjaan sedikitpun.

Lucunya, sebelum ke mall saya berkeluh kesah pada seorang teman. “Duh, kalau ke mall minimal keluar Rp100.000 nih,” kata saya padanya. Namun, ternyata pengeluaran saya hari ini lebih parah. Keluar dari junction saya berpikir untuk segera mengirim sms.

“Perencanaan meleset jauh. Lebih baik jangan ke Mall deeeh,”

*Seorang teman yang saya ceritakan mengenai masalah ini langsung berkomentar: “Mall adalah penyedot uang yang baik,”



1 komentar: