Liburan tahun baru lalu saya habiskan di Jogja. Sayangnya saya tidak berekreasi atau dugem di suatu tempat. Karena jarang pulang, waktu pulang kampung yang sempit saya manfaatkan untuk acara keluarga. Tetek bengek menengok bayi, orang sakit, resepsi nikah, atau sekedar menjadi kuping para sesepuh menjadi kegiatan wajib. Padahal dulunya paling ogen soal demikian.
Hari sabtu itu saya diajak Nano mengunjungi dua sepupu yang baru saja melahirkan. Sebut saya A dan B. Keduanya berlokasi di Bantul. Sepanjang perjalanan saya isi dengan tidur. Sampai di tempat sepupu saya A, saya masih merasa sangat ngantuk. Saya serahkan urusan basa-basi pada Susi, Nano, dan Cerpie. Saya hanya mengkonsumsi yangko sebanyak-banyaknya untuk mengusir kantuk. Namun, usaha itu tidak berhasil.
Setelah mabuk berbasa-basi, kami melanjutkan perjalanan. Kantuk saya agak berkurang. Bayi si-A tadi berbobot 3,8 kg. Ukuran itu termasuk besar. Pasalnya menurut A, hal itu disebabkan jadwal kelahiran yang mundur sekitar 22 hari dan musti diinduksi (kayak magnet aja). Sebaliknya sepupu saya B mempunyai bayi yang lebih kecil. Hal itu karena kelahiran bayinya terlalu dini.
Setelah mengobrol sana-sini, sepupu saya B bercerita kalau ia mengundang dukun pijat bayi. Ia ingin anaknya cepat besar dan tidak terlalu kurus seperti saat itu. Kabarnya dukun itu sangat terkenal. Untuk mendapatkan giliran pun sangat sulit. Pelanggannya tak hanya dari jogja, tapi juga kota-kota lain di Jawa. Memang, kata teman saya yang punya bayi pun juga bilang bahwa mencari dukun bayi handal sekarang amatlah sulit.
Sebelum pulang, Susi—suami Nano—melihat bungkusan karang berwarna merah. Dia bertanya pada Budhe untuk apa karang itu. Ternyata karang itu salah satu ramuan untuk membesarkan bayi yang masih kulitnya masih ‘kisut’ karena lahir dini. Caranya, karang merah dan bahan-bahan lain direbus, kemudian digunakan untuk membasuh kulit bayi. Kami semua hanya menjawab “Oooooohhh,” karena baru tahu ada ramuan seperti itu.
Kemudian saya lihat di bawah bungkusan kerang itu juga terdapat tumpukan jengkol.
“Aha, jengkolnya juga buat ramuan besarin bayi ya Budhe,” kelakar saya dengan bercanda.
“Ya bukanlah, itu mah buat membesarkan perut (alias di masak),” jawab Susi.
Di luar dugaan budhe saya menjawab, “Bukan, itu juga termasuk ramuan buat membesarkan bayi, totalnya ada sembilan bahan yang direbus,”
Kami hanya mengeluarkan suara “Ooooooohhh....,” yang lebih panjang bersama-sama. Baru kali ini kami tahu bahwa jengkol juga penting untuk membesarkan bayi.***
Hari sabtu itu saya diajak Nano mengunjungi dua sepupu yang baru saja melahirkan. Sebut saya A dan B. Keduanya berlokasi di Bantul. Sepanjang perjalanan saya isi dengan tidur. Sampai di tempat sepupu saya A, saya masih merasa sangat ngantuk. Saya serahkan urusan basa-basi pada Susi, Nano, dan Cerpie. Saya hanya mengkonsumsi yangko sebanyak-banyaknya untuk mengusir kantuk. Namun, usaha itu tidak berhasil.
Setelah mabuk berbasa-basi, kami melanjutkan perjalanan. Kantuk saya agak berkurang. Bayi si-A tadi berbobot 3,8 kg. Ukuran itu termasuk besar. Pasalnya menurut A, hal itu disebabkan jadwal kelahiran yang mundur sekitar 22 hari dan musti diinduksi (kayak magnet aja). Sebaliknya sepupu saya B mempunyai bayi yang lebih kecil. Hal itu karena kelahiran bayinya terlalu dini.
Setelah mengobrol sana-sini, sepupu saya B bercerita kalau ia mengundang dukun pijat bayi. Ia ingin anaknya cepat besar dan tidak terlalu kurus seperti saat itu. Kabarnya dukun itu sangat terkenal. Untuk mendapatkan giliran pun sangat sulit. Pelanggannya tak hanya dari jogja, tapi juga kota-kota lain di Jawa. Memang, kata teman saya yang punya bayi pun juga bilang bahwa mencari dukun bayi handal sekarang amatlah sulit.
Sebelum pulang, Susi—suami Nano—melihat bungkusan karang berwarna merah. Dia bertanya pada Budhe untuk apa karang itu. Ternyata karang itu salah satu ramuan untuk membesarkan bayi yang masih kulitnya masih ‘kisut’ karena lahir dini. Caranya, karang merah dan bahan-bahan lain direbus, kemudian digunakan untuk membasuh kulit bayi. Kami semua hanya menjawab “Oooooohhh,” karena baru tahu ada ramuan seperti itu.
Kemudian saya lihat di bawah bungkusan kerang itu juga terdapat tumpukan jengkol.
“Aha, jengkolnya juga buat ramuan besarin bayi ya Budhe,” kelakar saya dengan bercanda.
“Ya bukanlah, itu mah buat membesarkan perut (alias di masak),” jawab Susi.
Di luar dugaan budhe saya menjawab, “Bukan, itu juga termasuk ramuan buat membesarkan bayi, totalnya ada sembilan bahan yang direbus,”
Kami hanya mengeluarkan suara “Ooooooohhh....,” yang lebih panjang bersama-sama. Baru kali ini kami tahu bahwa jengkol juga penting untuk membesarkan bayi.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar