Rabu, 04 Agustus 2010

Saya Tahu di Mana Breww!

Pulang dari SaturdayCult!, saya mencari kendaraan untuk pulang. Saya baru nyadar, ternyata jalan di hadapan saya searah. Logikanya, kalau saya naik kopaja yang tadi saya tumpangi, saya malah ke Blok M, berlawanan dengan arah pulang.


Walhasil, saya ikuti saja jalan searah itu. Sekalian sambil cari makanan di pinggir jalan. Sepanjang jalan kepala saya tengak-tengok. Owh, ada gedung ini, warung itu, restoran ini, apartemen itu. Soalnya hal-hal beginian berguna juga lho, siapa tahu harus ke Kemang lagi.

Karena kepala saya tengak-tengok sepanjang jalan, petugas parkir atau anak jalanan pun jadi penasaran juga.
“Nyari apa mbak?” begitu tanya mereka.
Saya hanya meringis saja. Kalau saya jawab melihat-lihat saja, pasti dikira aneh. Masa yang lain pengen cepet-cepet pulang karena macet, eh saya malah enak-enak menikmati suasana.


Hari itu saya memang sengaja mengamati dengan serius di sekeliling jalan. Itu karena umumnya saya terlalu cuek dengan keadaan sekitar. Jarang ngeliat jalan. Kalau di bis mah tidur. Bahkan saya baru tahu ada plang perbatasan Jakarta Depok di BCA dekat kost.

Saya berencana mempraktekkan anjuran Arvan Pradiansyah. Yaitu menikmati dengan sungguh-sungguh waktu yang sedang kita jalani. Misal, kalau lagi meneguk es jeruk, ya nikmati setiap tegukan yang masuk di kerongkongan kita. Selalu bersyukur. Nah, karena saya sedang berjalan-jalan, saya juga harus menikmati setiap langkah saya. Meresapi dan mensyukuri apa yang bisa saya pandang saat itu.

Teorinya seperti itu, tapi 30 menit kemudian saya merasa bosan.




Saya melanjutkan berjalan kemudian saya menemukan Breww Kemang! Waw. Uhm... kebetulan hari itu hari Sabtu. Sebenarnya beberapa jam lagi saya bisa menyaksikan band favorit saya bermain musik. Wew, tapi saya enggan karena menonton band itu harus menikmati minuman atau makanan di Kafe. Hmm... pengen juga sih suatu saat. Yang penting saya sudah tahu di mana Breww.

Kaki saya langkahkan dan menemukan KFC. Saat itu pukul setengah enam. Sebelumnya tidak banyak tempat makan yang saya lewati. Saya pikir, boleh juga makan di restoran junkfood itu. Soalnya, saya bisa lapar di dalam perjalanan pulang kalau tidak makan sore itu. Lagipula, saya belum pernah makan di KFC Kemang. Bukan berarti saya penggemar KFC. Hanya saja, KFC yang itu pernah dimuat di majalah Swa. Katanya, perombakan KFC menjadi tempat yang cozy dimulai dari Kemang. Haha, itu alasan saja dink. Sebenarnya perut saya sudah lapar, jadi kepingin makan di situ.



Saya pesan satu bento, satu sup krim, dan milo. Saya mengambil saus sambal kemudian membawa makanan itu ke lantai dua. Setelah di atas, saya baru nyadar kalau lupa ambil sedotan. Padahal di milo itu ada banyak es. Saya tidak begitu suka es. Tanpa sedotan es-es itu bisa nempel di hidung. Tapi tak mengapa, hemat plastik. Selain itu tidak akan ada yang memprotes kalau hidung saya atau mulut saya terkena milo. Sambil makan saya menjepret-jepret suasana di sekitar KFC. Iseng banget emang.



Pulangnya saya menimbang-nimbang. Kalau pake 605A lagi kayaknya kejauhan. Pasti ada shortcutnya di sini, batin saya. Bertanyalah ke tukang parkir. Ternyata saya harus berjalan sedikit lagi, naik 63 ke Cilandak. Dari situ saya langsung naik bis yang ke Pasar Rebo. Naik 63, saya sukses turun di Cilandak. Namun, pas naik 605, saya sulit menahan kantuk, dan ketiduran. Kemudian taraaaa.... saya kebablasan sampai jalan Baru, nggak turun di Pasar Rebo. Apa boleh buat, ya balik lagi. Toh, itu malam minggu, masih banyak waktu.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar