Kamis, 05 Agustus 2010

Smart vs Stupid

It’s fine being smart, but stupid is choice.

Itu kata Irwan Ahmett, desainer grafis kontemporer acara SaturdayCult! di Pimento Restaurant, Kemang. Menjadi bodoh itu menarik, ketika kita sudah terlalu jenuh dihadapkan dengan segala hal yang smart. Umumnya produk yang dijual selalu laris bak kacang ketika dijual dengan slogan pintar. Produk iPad misalnya, nggak ada riwayatnya diberi tag ‘produk teknologi terbodoh’.

Irwan Ahmett, desainer grafis kontemporer.

Karena terlalu banyak ditawarkan, lama-lama makna smart menjadi dipertanyakan. Apakah itu perlu? Saat ini umumnya produk-produk yang dianggap smart adalah produk yang:

Highest. Makin tinggi suatu gedung dianggap paling Waw. Misal Burj Khalifa di Dubai. Fastest. Di Jakarta makin banyak mobil mewah bertebaran. Kendaraan itu menawarkan sisi kecepatan, walaupun ibukota supermacet. Most expensive. Pemain sepakbola seperti Ronaldo dihargai 1,3 trilyun. Entah apakah setelah dia dibeli mampu memajukan grup sepakbola yang dimasukinya. Biggest. Pamella Anderson. (Tidak usah diterangkan anda juga tau). Most luxurious. Masjid kubah emas misalnya. Ibu-ibu pengajian—termasuk ibunya si Ahmett—nggak puas-puas juga walaupun sudah bolak-balik ke mesjid itu. Prettiest. Makin cantik seseorang atau kemasan dianggap yang paling oke. Richest. Misal image pencipta kekayaan pada Tung Desem W, yang digambarkan saat menaburkan uang dari helikopter.

Dan sebagainya.


Peserta saturdayCult mendengarkan penjelasan Irwan dan Mice.

Tapi sekali lagi, apakah konsep-konsep smart seperti di atas itu memang perlu? Hal itu membuat orang lupa bahwa selain smart, ada kata lain: stupid.

Kadang menjadi stupid itu perlu. Mengapa? Karena beberapa hal kreatif dapat dilahirkan dari aksi stupid:
- Aksi nekat pencoretan di atap gedung kura-kura DPR oleh Pong Hardjatmo yang menuliskan slogan 'Jujur, Adil, Tegas. Ini menyebabkan pemerintah dan masyarakat cukup tersentak dengan carut marutnya negeri ini.
- Salah satu suporter yang masuk pertandingan sepakbola antara Indonesia vs Oman=menyentil PSSI
- Frodo. Karena keluguan dan kebodohannya malah dia yang bisa membawa cincin ke Mordor.
- Kisah Marley. Ia bukan anjing yang pintar. Namun, kisahnya malah menyajikan sesuatu yang lucu dan menyentuh.
- Mr. Bean, Kabayan, Benny and Mice, dan lain sebagainya.


Smart vs Stupid




Setelah penjelasan dari Ahmett, Mice—mantan kartunis Benny and Mice--unjuk gigi. Saya masih tertawa juga ketika ditunjukkan kartun-kartunnya walau sudah pernah melihatnya. Menurut Mice, kartun adalah gambar atau garis sederhana yang menyajikan lelucon. Jadi, kalau nggak lucu bukan kartun namanya.


Irwan dan Mice

Kartun sudah ada sejak abad 18, tapi masih sangat realis. Kemudian kartun berkembang menjadi menggelitik dengan cara
- distorsi, deformasi
- exagerasi, hiperbola
- disorientasi

Dari modifikasi itu kartun berkembang menjadi
- Comical
- Satire
- Cynical
- Sarcasm

Aku lupa yang dicontohkan pada poin comical. Tetapi yang jelas kartun Benny and Mice hanya sampai di tahap satire. Tidak menyentuh cynical (melecehkan) apalagi sarcasm. Selain itu mice juga menjelaskan tentang jenis-jenis kartun lainnya seperti: karikatur, komik strip, kartun sigle frame, sekuen progresif, dan lain sebagainya. Komik Benny and Mice termasuk jenis strip. Berikut ini step by step pembuatan serial Benny and Mice

1. Memilih/menentukan tema yang akan diangkat. Menurut kartunis yang bernama asli Muhammad Misrad itu ia tidak pernah mencari tema. “Tema banyak sekali, bertebaran dalam kehidupan sehari-hari, tinggal kita pilih mana yang akan diangkat,” ucapnya. Pria beranak satu itu juga menyarankan agar ide apapun yang terlintas di kepala segera ditulis. “Kita tidak bisa mengandalkan ingatan,” ujarnya. Misal:
a. Laundry kiloan
b. Jok motor panas
2. Menentukan format standar kolom. Mice mengaku sering menggunakan format 4 kolom. Kolom pertama berisi masalah, dan kolom keempat berisi ending cerita.
3. Membuat sketsa kasar, bangun plot/alur cerita. Selanjutnya perjelas gambar dan lakukan finishing.

Setelah menerangkan, sesi tanya jawab pun dibuka. Aku mengangkat tanganku dengan segera untuk bertanya. Pertanyaanku salah satunya tentu mengenai mengapa Benny and Mice berpisah.

“Alasannya bosan,” kata Mice. Ia bercerita bahwa tujuh tahun merupakan waktu yang lama berpasangan dengan Benny. Pria yang pernah muncul di Kick Andy itu mengatakan bahwa intinya mereka ingin berkarir sendiri-sendiri. Nantinya tema-tema Kartun Mice lebih sempit, lebih ke keluarga. Akhir acara, tak lupa kuangsurkan komik Mice untuk ditandatangani. Hmmm... lumayan... dapet tanda tangan.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar