Jumat, 05 Maret 2010

KRL (1)

Siapa bilang Jakarta macet? Itu pasti kata orang yang tidak naik KRL.

Sepulang bertugas, saya hobi mencari rute pulang yang berbeda-beda. Contohnya seperti sore itu. Saya pulang dari Bogor menggunakan bus. Sebelumnya, pagi hari saya berangkat menggunakan kereta. Namun, ternyata keputusan pulang dengan bus itu agak saya sesali. Lantaran dibanding kereta, bus menghabiskan waktu lebih lama 1,5 jam. Penyebabnya: macet saat jam pulang kantor.

Macet yang bisa membuat jenggotan itu memang bisa dihindari dengan KRL. Saat jalanan macet parah, KRL bebas melenggang membelah ibukota. Jarak UI—Bogor ditempuh selama 40 menit. Perjalanan itu juga tak banyak tersentuh polusi asap kendaraan kota Jakarta. Tidak salah apabila saya menggemari kereta rel listrik atau KRL.

Bersama KRL=Kereta Rel Luarbiasa (murah)

Tarif kereta juga sangat murah. Stasiun Kota sampai Bogor yang berjarak sekitar 56 km ditempuh dengan Rp 2.000; dengan bis Rp 10.000 lebih. Namun, meskipun murah, bukan berarti semua orang rela membeli tiket. Di salah satu stasiun misalnya, penumpang gelap menyeberangi rel ke peron tujuan Bogor. Sebaliknya penumpang gelap asal Jakarta, menyusuri semak-semak untuk menghindari pemeriksaan petugas.***

Klik gambar di atas untuk lebih detail....


1 komentar:

  1. KRL. Kendaran sejuta umat. Ibarat pasar berjalan, semua hal bisa ditemui di KRL. Dari pengamen, pengemis, pedagang, pencopet, anak punk, sampai gerobak dan sepeda juga masuk...Buat yang perempuan hati2 naik kereta yang penuh sesak, apalagi kelas ekonomi...hehehe

    BalasHapus