Senin, 01 Maret 2010

Kado Hari Lahir

Suatu siang, teman saya minta maaf karena tidak memberi kado ulang tahun—sembari menggaransi pernyataannya. Hal itu membuat saya geli. Tak apa saya bilang. Namun, saya malah jadi teringat kado-kado dari keluarga. Saya ceritakan kepadanya beberapa yang masih saya ingat:

1. Boneka gajah bernama febo.
2. Boneka beruang putih yang kupingnya kebalik.
3. Radio tape kecil.
4. Organizer.
5. Jaket.
6. Dompet (2 buah)—yang satu sudah hilang dicopet.
7. Mukena.
8. Tripod.


Semula saya anggap hal itu biasa, sampai teman tersebut berkomentar, “Wah keluarga yang hobi kado-mengkado ya,”

Hmmm.... benar juga. Umumnya kado-kado yang diberikan melengkapi kebutuhan saya. Misal saya tidak punya dompet, Nano—kakak perempuan saya—mengkado dompet, begitu juga jaket. Atau sekedar hal kesukaan seperti organizer untuk menyalurkan hobi menulis saya.

Kado atau pemberian tidak selalu diberikan waktu tanggal lahir, tetapi juga diberikan di waktu yang tidak terduga. Waktu SMA, saya diberi buku membuat manga oleh Mbinci—kakak saya nomor 3. Giliran saya butuh flashdisk, Mbinci memberikannya. Saya merasa sangat surprise. Padahal, dulu harga flasdisk berukuran 128 mb masih lumayan, dua ratus ribuan.


Kakak-kakak saya—baik Gembil, Nano, dan Mbinci—mengajarkan bahwa memberi bingkisan atau kejutan kepada kerabat atau teman bisa memberi kebahagiaan. Cokelat misalnya, tidak musti diberikan saat valentine. Sesuatu yang kecil apabila kita kemas dengan sepenuh hati, akan memperlihatkan ketulusan dan perhatian kita. Kejutan yang tidak terduga juga dapat memberi senyuman—dan akan bertahan saat orang itu mengingatnya kembali. Syaratnya, tentu saja diberikan dengan tulus.

Mengapa saya menulis ini?

Pagi ini ada flashdisk teronggok di meja kerja saya. Ia rusak sejak beberapa bulan lalu. Sebenarnya, saya jarang menyimpan barang rusak. Namun, flashdisk yang berusia lebih dari 5 tahun itu masih urung saya buang. Saya berencana memdokumentasikan terlebih dahulu sebelum membuangnya. Walaupun tidak berfungsi, media penyimpan jadul itu berjasa membuat saya tersenyum dan teringat akan keluarga.

Flashdisk pemberian Mbinci

6 komentar:

  1. sedang blogwalking.. :)
    salah satu cara untuk mempererat kasih sayang adalah dengan memberikan hadiah. Patut dicontoh nih :)

    BalasHapus
  2. Huehehee.... Saya baru belajar memberi dengan ikhlas:D

    BalasHapus
  3. Whoa terharu. Aku juga ingat tuh kado2 yang kalian berikan.Yang paling berkesan adalah novel teenlit yang ada kupon lombanya dan mengantarkanku jadi penulis. Oya,juga buku harian yang kamu kasih :)

    BalasHapus
  4. @niken: Huehehehe.... Aku malah ingat kelicikan kita waktu beliin Mbinci Scrabble, padahal yang pingin main kita2.

    BalasHapus
  5. Wah aku mo tau kemana harus buang barang rusak seperti flasdiskmu

    BalasHapus
  6. Nah, itu En, aku juga belum tahu tepatnya harus dibuang di mana. Karena bingung aku masih membuangnya di tempat sampah biasa yang campur aduk itu :(

    BalasHapus