Rabu, 17 Maret 2010

Enaknya punya kakak

Punya kakak itu enak. Alasannya:

a. Sering ditraktir.
b. Bisa dipinjami barang-barang seperti kosmetik, sendal, dan baju-baju.
c. Mendapatkan barang-barang bekas yang masih berkualitas.

Semenjak saya tinggal di Jakarta, poin satu sampai tiga itu mulai berkurang. Pasalnya, dua kakak saya menetap di Jogja dan satu di luar negeri.

Saya mempunyai satu kakak perempuan. Tentu saja, dia paling banyak saya ricuhi. Bagaimana tidak, barang-barang wanita seperti kosmetik—body butter, pelembap, sabun muka, alas bedak—dan peralatan wanita lainnya dimilikinya.

Sewaktu di Jakarta, perlengkapan kost kakak saya pun jauh lebih lengkap. Terutama peralatan menginap seperti handuk, sikat gigi, atau makanan-makanan instan. Biasanya saya ke kostnya tanpa membawa perlengkapan. Kebiasaan saya ini sudah dihapal olehnya. Sehingga ketika saya menginap, tanpa diminta dengan cekatan ia menyorongkan handuk dan sikat gigi.

Karena seringan pinjam, suatu saat saya kena batunya.

Ceritanya, ketika saya pulang ke Jogja, saya lupa membawa pelembap muka. Saya mendatangi kamar kakak untuk meminjam pelembap. Srat srut srat srut saya oleskan di muka. Setelah cukup merata, saya lapisi dengan bedak. Kemudian saya berangkat pergi ke tempat teman.

Esoknya saya berencana meminjam pelembap itu lagi. Waktu itu kakak saya ada di kamarnya.
“Pinjam pelembapnya ya,” kata saya sambil mengaduk-aduk tempat kosmetiknya. Namun, dia berkomentar ketika saya mengambil pelembap yang kemarin saya gunakan.
“Lho, bukan yang itu. Yang satunya. Coba dicari di bawah sini,” katanya sambil ikut mencari-cari. “Nah, ini dia,”

Uuuups.... ternyata yang saya pakai kemarin bukan pelembap. Yang saya oleskan kemarin adalah.... sabun muka. Kedua kemasannya memang hampir sama. Pelembap berkemasan lebih kecil.

Setelah mendapatkan pelembap, saya tidak langsung mengaku kalau kemarin salah menggunakan pelembap. Nah, setelah pulang dari bepergian saya baru mengaku.
“Engg.... sebenernya kmarin aku salah makai pelembap. Yang aku olesin kemarin tuh sabun muka,”

Kakak saya tertawa terbahak-bahak dan bercerita pada suaminya. Kena batunya deh. Ajaibnya, kemarin saya tidak merasakan yang aneh pada kulit saya yang berlapis sabun.***

Bersama kakak perempuan saya.

2 komentar:

  1. Wekekeke. Baca dulu baru pakai! Btw, punya adik juga enak. Bisa disuruh-suruh (terutama buat motret dan ngedit poto plus beli barang-baang).

    BalasHapus
  2. Kalau adik saya dua2nya cewek tapi jarang akur dan paling anti pinjam meminjam barang. Kalau sama saya padahal akur, tapi tetep tidak pinjam2an barang juga...banyak yang beda soalnya

    BalasHapus