Rabu, 02 November 2011

Pilih Obat Medis atau Alternatif?

Saya sering mendengar, ketika ada orang yang sakit kanker, jantung, atau hati, orang menawarkan pengobatan alternatif. Jangan salah, walau dibilang obat alternatif, harganya setara bahkan lebih mahal dari obat-obatan farmasi. Ada yang sebulan habis 400-ribu bahkan jutaan. Masyarakat diiming-imingi produk yang ‘dijamin sembuh tanpa operasi’.

Ketika mengkonsumsi herbal yang disodorkan, orang meminumnya tanpa berkonsultasi ke dokter. Akibatnya, tak jarang ditemui, penyakit yang menggerogotinya semakin parah. Saat sudah gawat, ia baru menempuh jalur dokter.

Ada cerita yang saya dapat dari pasien yang saya temui di rumah sakit. Ia mempunyai benjolan di payudara sejak umur 12. Ia biarkan saja sampai umur 40 tahun. Benjolan itu ternyata menjadi kanker alias tumor ganas. Berikutnya, karena takut operasi, ia mencoba obat alternatif seharga jutaan rupiah. Ternyata, tidak ada peningkatan. Setelah parah, ia baru memutuskan untuk menemui dokter bedah.


Sebenarnya, sejauh mana sih, kita harus mengandalkan herbal alternatif? Bener nggak sih, mengkonsumsi obat herbal?

Kendala yang saya lihat selama ini, banyak masyarakat yang kurang mengerti informasi yang lengkap dan benar. Ada yang bilang, obat herbal adalah obat tanpa efek samping. Benarkah begitu? Tentu saja tidak. Sesuatu yang dikonsumsi berlebihan tentu ada akibat yang tidak baik. Misal, bunga rosella yang dikonsumsi terus menerus akan memperberat kerja ginjal akibat vitamin C-nya yang berlimpah.

Ingat lho, opium sebagai bahan morfin dan herioin itu juga dari tanaman alias herbal. Ketika dikonsumsi berlebihan? Ya mabok atau sakaw... Jadi yang namanya alternatif bukan berarti tanpa efek samping!

Sepotong-sepotong
Selama ini masyarakat cenderung membaca segala sesuatu dengan sepotong-sepotong. Ketika dibilang daun sirsak obat kanker, kemudian masyarakat mengonsumsinya tanpa pernah terlebih dahulu mendapat penanganan dokter atau tahu bagaimana stadium kanker yang ia derita.

Hal Itu ibarat terserang stroke dan disuruh minum serbuk bawang putih yang terkenal sebagai obat darah tinggi. Tentu saja bawang putih tidak bisa menyembuhkan si pasien stroke, karena obat herbal bukan obat yang bekerja secara cepat, tetapi membutuhkan proses jangka panjang. Penanganan kegawatdaruratan semacam itu harus ditangani tenaga kesehatan dengan obat farmasi ‘pertolongan pertama’ yang langsung menuju ke bagian tubuh yang diperlukan, misal obat pengencer darah. Oleh sebab itu, ketika akan mengkonsumsi herbal, sebaiknya ketahui dulu bagaimana keadaan tubuh kita dan penyakit yang menyerang.

Pengalaman saya pribadi dan perbincangan dengan herbalis, obat alternatif baik digunakan setelah kita tahu persis apa penyakit kita. Selain itu, meski dari tanaman, obat herbal tidak baik diminum secara berlebihan. Ya seperti kita makan sehari-hari lah, kalau tiap hari makan ayam atau makan bayam teruuus... tentu tidak baik bagi tubuh kita. Selain itu, kenali benar mengenai produk herbal yang dikonsumsi, misal dosis yang wajar, dan efek samping yang mungkin ditimbulkan. Selain itu biasanya obat herbal tidak dikonsumsi secara tunggal, ia akan lebih baik bekerja ketika dikombinasikan dengan herbal lain yang cocok.

Serba instan
Obat herbal juga baik diminum ketika berhadapan dengan penyakit yang tidak butuh obat farmasi seperti flu ringan. Flu disebabkan oleh virus yang akan sembuh sendiri ketika ketahanan tubuh kita bagus. Oleh sebab itu, konsumsi obat herbal seperti wedang jahe dengan madu, serta makan makanan yang memperkuat pertahanan tubuh, misal meningkatkan konsumsi buah dan sayur dan beragam.

Umumnya, masyarakat tertarik dengan produk herbal nan mahal karena cenderung ingin hasil yang serba instan. Selain itu, mereka malah tidak percaya kalau mengkonsumsi obat herbal yang murah. Sungguh aneh bukan? Padahal, obat herbal yang terstandar pun itu tidak begitu mahal kok.

Menurut saya, obat herbal itu harusnya memang nggak mahal. Kalaupun ada yang mahal, itu akibat ulah sistem MLM atau propaganda produsennya :D Banyak lho, obat herbal yang murah meriah di sekitar kita: sirih merah, daun sirsak, lidah buaya, kunyit, dan masih banyak lagi.

Ketika saya terserang ambeien misalnya, saya biasa mengkonsumsi daun ungu untuk mengurangi peradangan dan pendarahan. Karena saya punya tanaman daun ungu di rumah, saya tidak perlu pusing-pusing membeli obat ambeien yang mahal di apotek. Saya juga mempertahankan pola konsumsi tinggi serat yaaang... haduuuh... harus dengan tekad kuat. Mengurangi produk tepung-tepungan (refined carbohydrate) dan produk hewani.

Tunas daun ungu yang saya tanam di rumah :)

Selain obat-obatan dan penanganan dokter, masyarakat juga sering melupakan hal lain yang menyokong sehat tidaknya orang, yaitu faktor psikologis dan gaya hidup!!!

Dari sisi dokter, banyak juga dokter yang hanya memeriksa secara teks book, kurang memperhatikan psikologis si pasien. Bahkan tersenyum ramah dengan pasien aja enggak. Banyak juga dokter hanya hanya memeriksa dan meresepkan obat ‘asal mahal’ kepada pasien. Sungguh, akhir-akhir ini saya semakin takut dengan dokter abal-abal.

Dari sisi pasien, mereka mengkonsumsi obat dengan keinginan memperoleh kesembuhan yang instan. Setelah sembuh, mereka kembali dengan gaya hidup mereka yang tidak sehat. Mereka juga sering lupa memperhatikan faktor psikis mereka. Misal tetap berada dalam lingkungan stres (jadi terdakwa korupsi misalnya), jarang olahraga, merokok, dan memakan makanan yang tinggi lemak dan karbohidrat.

Hal itu seperti semboyan serba instan berikut ini: muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga.

5 komentar:

  1. Pengalaman konsumsi herbal baru2 ini: 2 minggu lalu diare, makan pucuk daun jambu biji. Memang herbal itu tidak cespleng, dalam artian abis makan langsung diare mampet, tapi perubahannya gradual, terus besoknya sembuh. alhamdulillah ya :D

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah... Memang begitu obat herbal, butuh proses. Perubahan yang gradual itu lebih baik dibanding yang langsung mampet :D

    BalasHapus
  3. sebetulnya bukan alternatif, bahkan obat medis dibuat berdasarkan cara kerja obat alami herbal :)

    Kapsul daun ungu

    BalasHapus