Semakin malam, penonton semakin memenuhi pelataran Djoko Pekik. Hujan terus menerus membuat lapangan berumput itu becek. Namun, keadaan itu tak menyurutkan minat penonton untuk menyaksikan aksi para pemain jazz. Begitu juga saya yang ketagihan nonton acara seperti itu.
Alasan saya suka acara jazz simpel. Itu karena saya selalu merasa puas melihat aksi-aksi pemainnya walaupun tidak kenal semua lagunya. Instrumen bas adalah favorit saya. Bukannya saya bisa main bas, namun saya sering kegirangan melihat pemain memainkan basnya. Keren^^
Acara yang dikoordinasi oleh Djaduk Ferianto itu sebagian besar diminati kaum muda. Tak jarang mereka tidak kenal penyanyi/pemain yang tampil. Namun, toh mereka tetap setia menyimak. Mungkin sebagian akibat penasaran karena belum pernah menonton event jazz, atau mungkin memang bertujuan kencan di malam minggu. Terbukti dari percakapan-percakapan mereka yang selalu bertanya-tanya siapa yang sedang tampil.
Kaki saya basah, penuh lumpur, dan nggak keren karena karena berselubung jas hujan. Keadaan itu juga dialami pengunjung lainnya. Pertunjukan yang diramaikan artis lokal dan nasional itu memang tak pilih kasih. Tidak ada tiket VVIP, VIP, atau festival. Baik yang naik mobil atau pun motor harus rela berjalan jauh dan berlepotan lumpur. Selain itu kesamaan lainnya: semua penonton berdiri.
Risiko mengadakan di tempat ‘terpencil’ adalah perkara transportasi. Awalnya, saya dan teman saya kesulitan menemukan lokasinya akibat tiadanya penunjuk jalan. Ternyata menuruti peta di internet tidaklah cukup. Akibatnya di tengah guyuran hujan, saya dan teman saya musti tanya sana sini untuk mencapai tempatnya.
Mungkin bagi sebagian orang, berbecek-becek, berdesakan, dan tidak di bawah tiupan AC membuat orang kapok. Namun, saya justru bersemangat. Itu penyeimbang bagi pertunjukan-pertunjukan jazz mahal yang dibanderol ratusan ribu sampai jutaan (singkatnya lihat saja harga tiket java jazz). Dengan harga yang mahal, cuma pemusik dan orang-orang yang melek internet yang datang. Tetapi ketika diadakan di tempat yang tidak terisolasi akan kemewahan, jazz bisa diminati siapa saja.
Selain menghibur masyarakat secara langsung, kegiatan ini juga melibatkan peran warga sekitar. Kantong-kantong parkir kebanyakan ditempatkan di rumah penduduk. Sehingga walaupun tidak nonton pun, tetap kecipratan rejekinya. Berbeda ketika pertunjukan diadakan di gedung pertunjukan milik pemerintah atau swasta. Bukankah tujuan orang menghibur adalah membahagiakan sebanyak mungkin orang?